Siapa yang aku harap datang ketika kelulusanku?

Muhammad izzuddin
2 min readApr 24, 2024

--

Tiba-tiba aku teringat pertanyaan itu, ditanyakan didepan banyak orang ketika aku mengikuti program “7 Habits” Stephen Covey yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa baru di IPB. Pak Lukman (Fasilitator kelompokku) bahkan menambahkan detail “selain keluarga”, membuatku semakin kebingungan bagaimana menjawabnya?

Sebagai mahasiswa baru, orang terdekat setelah keluarga yang ku punya saat itu adalah teman SMA. Apakah aku mengharapkan kedatangan mereka? sepertinya tidak. Di saat itu, aku sama sekali tidak memikirkan kemungkinan bahwa aku akan mengharapkan “teman kuliah” yang saat itu belum ada untuk datang pada hari wisudaku. (Tidak mungkinkan aku berharap orang-orang yang belum ku kenal untuk datang??)

Lalu bagaimana dengan sekarang? bukankah keadaannya sudah sama sekali berubah?. Bahkan aku dimasa itu aku tidak akan terbayang bahwa seorang “Muhammad Izzuddin” akan sebersosial seperti sekarang. Bahkan aku tidak jarang mendapat komentar “kok temen lu banyak si zu?”. Entahlah apakah benar, namun setidaknya mungkin memang terlihat seperti itu.

Kelulusan dalam hal ini entah dinyatakan lulus saat sidang atau benar-benar ketika wisuda, keduanya merupakan “big wins” yang hanya akan terjadi sekali seumur hidup, dan merayakan kemenangan adalah bentuk syukur dan penghargaan atas proses yang telah ditempuh selama ini. Siapakah yang aku harap hadir disaat-saat yang baik itu?

Jujur itu pertanyaan yang sulit dijawab. Mengharapkan setiap orang yang kenal baik denganku untuk hadir adalah hal yang tidak berguna, namun bohong rasanya untuk mengatakan kalau tidak ada yang datang tidak membuatku kepikiran.

Namun kemarin aku sempat menghadiri wisuda untuk pertama kalinya sejak 4 tahun berkuliah disini, dan jujur itu buatku terlalu ramai (dan aku tidak senang keramaian). Percayalah detik itu aku langsung berpikir, jika aku diwisuda nanti, bahkan mungkin sebelum acaranya selesai aku mungkin sudah pulang (dan aku yakin sangat bisa melakukan itu).

Jadi jujur aku tidak yakin akan punya cukup energi dan kesabaran di hari wisudaku nanti dan maaf kalau mungkin aku juga tidak hadir di wisuda kalian*. Buatku lebih mungkin dan menyenangkan untuk meluangkan waktu di hari-hari atau pekan-pekan sebelumnya, untuk mengobrol singkat maupun panjang secara lebih personal. Aku akan lebih dari senang hati mengosongkan jadwal untuk hal-hal seperti ini. Jalan-jalan bareng untuk terakhir kalinya dengan status kita sebagai mahasiswa. Personally I prefer that kind of thing, I’ll remember that moment for a lifetime.

Aku senang merayakan hal-hal baik dan kemenangan-kemenangan yang terjadi dalam hidupku dan orang-orang disekitarku. Tapi disisi lain aku kurang sreg dengan hal-hal yang bersifat seremonial, seolah itu terjadi “hanya karena memang seharusnya begitu”. Bukankah ada cara-cara yang lebih baik untuk menghargai selain hanya mengikuti tradisi?

*Tapi entahlah, aku mungkin juga datang jika memang itu perlu atau dikomunikasikan sebelumnya.

Ketika ini ditulis, belum ada satupun progress yang aku lakukan sejak hari seminarku 18 Maret 2024. Mungkin agak terlalu jauh untuk membicarakan wisuda saat ini ahahaha. Terima kasih sudah membaca!

--

--

Muhammad izzuddin

My personal space. I write everything I like for myself, just love how a writing can preserve thought and emotion. I just want to remember everything.