Pentingnya punya orang yang bisa disapa

Muhammad izzuddin
2 min readApr 27, 2024

--

INI LUCU, soalnya dalam beberapa tahun awal kuliah (terutama pas baru offline setelah pandemi) banyak yang protes bahkan konfrontasi langsung “Zu lo tu kalo disapa bales yang bener napa?!?!”. BAHKAN ramean didepan publik, inget banget waktu itu mau mikpang semester 4 di meja depan tempat nunggu sebelum masuk lab.

Karena dalam perspektif izzu di masa itu melirikkan mata (sampai menghadap ke lawan bicara) dan atau menganggukan kepala sedikit itu udah bagian dari respon. Selain itu, walaupun udah sekelas selama 1 semester sebelumnya, it was online classes, jadi belom ngerasa setemen itu kayaknya.

Tapi beberapa bulan lalu, mungkin aku sedikit berubah.

Tepatnya disuatu pagi dibulan November kalau aku tidak salah. Aku keluar dari perpus untuk menuju kelas waktu itu, hingga seseorang menyapaku “Good morning izzu, how are you today?”, dan terjadilah percakapan kecil yang ditutup dengan “okay see you later, have a good day izzu!”. Entah mengapa buatku moment super biasa itu terekam jelas dan membekas baik hingga hari ini (mungkin kah lebih karena siapa yang menyapa? ahahahah bercanda).

Saat itu aku merasa “I belong here, my existence here is important, I’m part of this place”. ENTAHLAH apakah aku berlebih-lebihan atau hiperbola, tapi itu nyata. Mulai hari itu, aku ‘memaknai’ ulang setiap sapaan yang ku terima dan benar-benar merasakan perbedaannya.

Bukankah stasiun yang asing, laboratorium yang sepi, maupun kantin yang insignifikan bisa berubah menjadi cerah, hangat, dan penting hanya karena ada yang menyapamu?

Terutama di waktu-waktu akhir masa kuliah ini, ketika kampus atau bahkan departemen tidak lagi terasa dekat, seperti sesuatu yang telah habis masa dan waktunya. Menjadi asing adalah salah satu hal yang aku takutkan dan paling aku antisipasi ketika memasuki semester baru ini. Namun, satu sapaan ringan bisa jadi merubah semua perasaan itu, “aku masih diterima disini”.

Hal ini juga berlaku pada hal yang lebih umum dalam hidup, punya mereka yang bisa disapa ringan bisa membuat hidup lebih ringan untuk dijalani (meskipun tidak menjadi lebih mudah). Percayalah sapaan hangat nan tulus itu akan mengingatkanmu akan “hidup itu baik, dan dunia juga baik-baik saja, setidaknya untuk saat ini”.

Belum lagi sapaan itu tanpa kepentingan, yang menghargaimu sebagai seorang manusia yang utuh, yang diberikan padamu terlepas dari seluruh label dan tanggungjawabmu didunia luar. yang penting itu kamu, dan kabarmu yang ia harap baik-baik saja itu. Isn’t it sweet?.

Mungkin bagi banyak orang hal-hal ini hanya basa-basi, atau sekedar yang harus dilakukan ketika bertemu, yang tak punya arti khusus atau makna lebih. Tapi buatku ini adalah sesuatu, ini penting, sebuah cara untuk menghargai dan menerima kebaikan hidup sebagai seseorang yang melangkah setiap hari secara sadar dan penuh kewarasan.

Bukankah hidup jadi sedikit lebih indah jika kita bisa mengapresiasi hal-hal sederhana dan tersenyum karenanya?

Terima kasih sudah membaca!!!

--

--

Muhammad izzuddin

My personal space. I write everything I like for myself, just love how a writing can preserve thought and emotion. I just want to remember everything.